Powered by Blogger.

bidvertiser

Standar Pertolongan Persalinan (4 Standar)

Posted by Ilmu Kebidanan


Asuhan Persalinan Kala i
Ò  Bidan menilai dg tepat bahwa persalinan sudah mulai
Ò  Memberikan asuhan &pemantauan yg memadai dg memperhatikan kebutuhan klien selama proses persalinan berlangsung
Syarat:
  1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ketuban pecah.
  2. Bidan terampil dalam hal:
- Pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dan
- Penggunaan partograf dan pembacaannya.
  1. Tersedianya alat dan bahan habis pakai untuk pertolongan persalinan.
  2. Menggunakan KMS Ibu Hamil, partograf dan Kartu Ibu

Proses
  1. Bidan segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah mulai/ketuban pecah.
  2. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan dengan memberikan perhatian  terhadap tekanan darah, teratur tidaknya his dan denyut jantung janin (DJJ), bila ketuban sudah pecah.
  3. Catat semua temuan pemeriksaan dengan tepat. Jika ditemukan kelainan, lakukan rujukan ke puskesmas/rumah sakit.
Lanjutan………proses
  1. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik dan sesuai dengan kebutuhan. (jika his teratur dan tidak ada hal yang menghawatirkan atau his lemah tapi tanda-tanda vital ibu/janin normal, maka tidak perlu segera dilakukan pemeriksaan dalam).
  2. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap empat jam dan HARUS selalu secara aseptik.
  3. Jika sampai pada fase aktif, catat semua temuan dalam partograf dan Kartu Ibu.
  4. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi yang dirasakan nyaman: kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara ketuban sudah pecah. (riset membuktikan banyak keuntungannya jika ibu tetap aktif bergerak semampunya dan merasa senyaman mungkin).
  5. Amati kontraksi dan DJJ sedikitnya setiap 30 menit pada kala I. pada akhir kala I atau jika kontraksi sudah sangat kuat, periksa DJJ setiap 15 menit.
  6. Catat dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4 jam.
  7. Catat tekanan darah setiap 4 jam.
  8. Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam.
  9. Pada persalinan normal, mintalah ibu untuk banyak minum guna menghindari dehidrasi dan gawat janin. (riset menunjukkan bahwa, pada persalinan normal, tidak ada gunanya untuk mengurangi minum dan makan makanan kecil yang mudah dicerna).
  10. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka terhadap kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yang mendampingi.
  11. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya. Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala.
  12. Segera catat semua temuan pada partograf dan Kartu Ibu.
  13. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi.
  14. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
Standar 10
persalinan kala ii yang aman
Ò  Bidan melakukan pertolongan persalinan yg aman dg sikap sopan dan penghargaan bagi klien serta memperhatikan tradisi setempat
Syarat
  1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ketuban pecah.
  2. Bidan sudah terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman.
  3. Adanya alat untuk pertolongan persalinan dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi.
  4. Adanya bahan-bahan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seperti air bersih, sabun dan handuk bersih, dua handuk hangat yang bersih (sabun untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai kemudian), pembalut wanita dan tempat untuk plasenta. Bidan sedapat mungkin menggunakan sarung tangan yang bersih.
  5. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan.
  6. Menggunakan Kartu Ibu
Proses
  1. Memastikan tersedianya ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan, juga kain hangat untuk mengeringkan bayi baru lahir, tempat untuk plasenta. (jika ibu belum mandi, bersihkan daerah perineum dengan air bersih).
  2. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan hingga betul-betul kering dengan handuk bersih. (kuku harus dipotong pendek dan bersih).
  3. Bantu ibu mengambil posisi yang paling nyaman baginya. (riset menunjukkan bahwa posisi duduk atau jongkok memberikan banyak keuntungan).
  4. Anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi sudah kelihatan. (riset menunjukkan bahwa menahan nafas sambil meneran adalah berbahaya, dan meneran sebelum kepala bayi tampak tidaklah perlu. Bahkan meneran sebelum pembukaan serviks lengkap adalah berbahaya). Jika kepala belum terlihat, padahal ibu sudah sangat ingin meneran, periksa pembukaan serviks dengan periksa dalam. Jika pembukaan belum lengkap, keinginan meneran bias dikurangi dengan memiringkan ibu ke sisi sebelah kiri.
  5. Pada kala II, dengarkan DJJ setiap his berakhir, irama dan frekuensinya harus segera kembali ke normal. Jika tidak, cari pertolongan medis. (jika kepala sudah meregangkan perineum, dan terjadi kelambatan kemajuan persalinan atau DJJ menurun sampai 100/menit atau kurang, atau meningkat menjadi 160/menit atau lebih, maka percepat persalinan dengan melakukan episiotomy).
  6. Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu atau menariknya kearah luar. (riset menunjukkan hal tersebut berbahaya).
  7. Pakai sarung tangan sedapat mungkin, saat kepala bayi kelihatan.
  8. Jika ada kotoran keluar dari rektum, bersihkan dengan kain kering.
  9. Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya diantara his. (riset menunjukkan bahwa robekan tingkat dua dapat senbuh sama baiknya dengan luka episiotomi: sehingga tidak perlu menggunting perineum, kecuali terjadi gawat janin atau kemungkinan terjadi robekan tiga mengenai rektum).
  10. Begitu kepala bayi lahir, bahu bayi akan memutar. (hal ini seharusnya terjadi spontan, sehingga bayi tak perlu dibantu. Jika bahu tidak memutar ikuti standar 18).
  11. Begitu bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar, bantulah persalinan.
  12. Segera setelah lahir, keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat, dan berikan pada ibu atau lekatkan didadanya untuk disusui. (riset menunjukkan hal ini penting untuk keberhasilan dalam memberikan ASI dan membantu pelepasan plasenta. Sementara handuk diselimutkan pada punggung bayi. Jika bayi tidak didekap oleh ibunya, selimuti bayi dengan kain yang bersih dan hangat. Tutupi kepala bayi agar tidak kehilangan panas).
  13. Pembersihan jalan nafas bayi tidak selalu diperlukan. Jika bayi tidak menangis spontan, gunakan penghisap lender untuk membersihkan jalan nafas.
  14. Tali pusat di klem di dua tempat, lalu potong di antara dua klem dengan gunting yang steril yang tajam.
  15. Perhatikan tanda pelepasan plasenta (fundus membulat dan mengeras, darah meleleh, tinggi fundus meningkat, tali pusat memanjang). Kemudian mintalah ibu meneran saat his berikutnya. Pegang dan regangkan tali pusat, jangan ditarik, kemudian plasenta akan lahir dan terimalah dengan kedua tangan. Periksalah kelengkapannya.
  16. Letakkan tangan pada fundus uteri untuk memeriksa kontraksi. Palpasi fundus dan jika tidak keras, keluarkan bekuan darah dan lakukan pengusapan/masase fundus dengan hati-hati agar terjadi kontraksi uterus. Perkiraan jumlah kehilangan darah secara akurat. (Ingat pendarahan sulit diukur dan sering diperkirakan lebih sedikit).
  17. Lakukan pemeriksaan bayi, perawatan mata dan prosedur lain untuk perawtan bayi baru lahir.
  18. Bersihkan perineum dengan air bersih dan tutupi dengan kain bersih/telah dijemur.
  19. Berikan plasenta dan ketuban kepada suami/keluarga Ibu.
  20. Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan bayi kepada ibu untuk diberi ASI.
  21. Catat semua temuan dengan seksama.


Related Post



Post a Comment