Powered by Blogger.

bidvertiser

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

Posted by Ilmu Kebidanan


KEBUTUHAN ELIMINASI
Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhanbuang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar)
KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
Organ yang Berperan dalam Eliminasi urine
Ginjal
Merupakan organ retropenitoneal (di belakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagi pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh.
Kandung kemih (bladder, buli-buli)
Merupakan sebuah kantung yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampung air seni (urine).
Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.
Proses Berkemih
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ± 250-450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).
Komposisi urine :
  1. Air (96%)
  2. Larutan (4%)
  • Larutan Organik
Urea, ammonia, keratin, dan asam urat
  • Larutan Anorganik
Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sufat, magnesium, fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.
Faktor yang Memengaruhi Eliminasi Urine
Diet dan asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasan mengabaikan keinginan awal utnuk berkemih dapat menyebabkan urin banyak tertahan di vesika urinaria, sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah ppengeluaran urine
Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
Stress psikologis
Meningkatkan stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
Tingkat aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinearia yang baik untuk fungsi sphincter. Kemampuan tonus otot di dapatkan dengan beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urinearia dapt menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun.
Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami  mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia
Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes mellitus.
Sosiokultural
Budaya dapat memegaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
Kebiasaan seseorang
Seseorng yang memiliki kebiasaan berkemh di toilet, biasanya mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
Tonus otot
Tonus otot yang berperan penting dlam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine
Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine.
Pengobatan
Pemebrian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan.
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP).
Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
Retensi urine,merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih.
Tanda klinis retensi :
  • Ketidaknyamanan daerah pubis
  • Distensi vesika urinaria
  • Ketidaksanggupan untuk berkemih
  • Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
  • Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
  • Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
  • Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
Penyebab :
  • Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
  • Trauma sumsum tulang belakang
  • Tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang  lemah
  • Sphincter yang kuat
  • Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
Inkontinensia urine, merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine.
Enuresis, merupakan ketiksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksterna.
Faktor penyebab enuresis :
  • Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal
  • Anak-anak yang tiidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak diketahui. Hal itu mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi
  • Vesika urrinaria peka rangsang, dan seterusnya, tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar.
  • Suasana emosional yang tidak menyenangkan dirumah (misalnya, persaingan dengan saudara kandung atau cekcok dengan orang tua)
  • Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa di bantu dengan mendidiknya
  • Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neurologis system perkemihan.
  • Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral
  • Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi
Perubahan pola eliminasi urine, merupakan keadaan sesorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan eliminasi terdiri atas :
  • Frekuensi, merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam satu hari
  • Urgensi, merupakan perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinesia jika tidak berkemih
  • Disuria, merupakan rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih
  • Poliuria, merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan.
  • Urinaria supresi, merupakan berhentinya produksi urine secara  mendadak.
Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Urine
Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine tersebut berbeda-beda, maka dalam pengambilan atau pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut antara lain :
  • Pengambilan urine biasa, merupakan pengambilan urine dengan mengeluarkan urine secara biasa, yaitu buang air kecil. Pengambilan urine biasa ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dalam urine, pemeriksaan kehamilan dan lain-lain
  • Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan enggunakan alat steril, dilakukan dengan kateterisasi atau fungsi suprapubis ayng bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih lainnya.
  • Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama 24jam dan mengukur berat jenig, asupan dan output, serta mengetahui fungsi ginjal.
Persiapan Alat dan Bahan :
    1. Botol penampung beserta tutup
    2. Etiket khusus
Prosedur Kerja (untuk pasien yang mampu buang air kecil sendiri) :
  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
  3. Bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, maka bantu untuk baung air kecil (lihat prosedur menolong buang air kecil). Keluarkan urine, kemudian tampung ke dalam botol.
  4. Bagi pasien yang mampu baung air kecil sendiri, maka anjurkan pasien untuk buang air kecil dan biarkan urine yang pertama keluar dahulu. Kemudian anjurkan manampung urine ke dalam botol
  5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan
  6. Cuci tangan
Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal
Tindakan membantu pasien yang tidak mampu baung air kecil sendiri di kamar mandi dilakukan dengan menggunakan alat penampung (urineal), hal tersebut dilakukan untuk menampung urine dan mengetahui kelainan dari urine (warna dan jumlah)
Persiapan Alat dan Bahan :
  1. Urineal
  2. Pengalas
  3. Tisu
Prosedur Kerja :
  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
  3. Pasang alas urineal di bawah glutea
  4. Lepas pakaian bawah pasien
  5. Pasang urineal dibawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha
  6. Anjurkan pasien untuk berkemih
  7. Setelah selesai, rapikan alat
  8. Cuci tangan, catat warna, dan jumlah produksi urine.
Melakukan kateterisasi
Kateterisasi merupakan tindakan memasukkan kateter kedalam kandung kemih melalui uretra untuk membantu memenuhi kebutuhan elimnasi, sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Dalam pelaksanaannya, kateterisasi terbagi menjadi dua tipe indikasi yaitu :
Indikasi :
Tipe Intermitent :
  1. Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi
  2. Retensi akut setelah trauma uretra
  3. Tidak mampu berkemih akibat obat sedative atau analgesik
  4. Cedera tulang belakang
  5. Degenerasi neuromuscular secara progesif
  6. Untuk mengeluarkan urine residual
Tipe Indwelling :
  1. Obstruksi aliran urine
  2. Post op uretra dan struktur disekitarnya (TUR-P)
  3. Obstruksi uretra
  4. Inkontinensia dan disoreintasi berat
Persiapan Alat danBahan :
  1. Sarung tangan steril
  2. Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis)
  3. Duk steril
  4. Minyak pelumas/jelly
  5. Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat)
  6. Spuit yang berisi cairan
  7. Perlak dan alasnya
  8. Pinset anatomi
  9. Bengkok
  10. Urineal bag
  11. Sampiran
Prosedur Kerja (pada perempuan)
  1. Cuci tangan
  2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
  3. Atur ruangan
  4. Pasang perlak/alas
  5. Gunakan sarung steril
  6. Pasang duk steril
  7. Bersihkan vulva dengan kapas sublimas dari atas ke bawah (± 3 kali hingga bersih)
  8. Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Bersihkan bagian dalam
  9. Kateter diberi minyak pelumas / jelly pada ujungnya, lalu asupan pelan-pelan-pelan sambil anjuran untuk tarik napas, asupan (2,5-5cm) atau hingga urine keluar.
  10. Setelah selesai, isi balon dengan cairan akuades

Related Post



Post a Comment